Hai!! ada cerita baru nih. Tema pun baru. silahkan dibaca! :)
---- Kisah si Tulip dan Si Rumput Liar ----
Di sebuah ekosistem tepi rawa sebuah
desa, Ada bunga Tulip yang baru ditanam.
“aduh! Kenapaa aku ditanam di sini? Ini
kan rawa! Nggak level sama aku. Hufft” keluh si Tulip, panggil saja Talita.
Talita adalah bunga tulip yang dibuang
oleh pemiliknya karena pemiliknya sudah mempunyai tanaman yang baru. Hari-hari
Talita selalu dihiasi dengan keluhan dan keluhan. Sampai pada suatu hari..
“Sudahlah Talita, jangan mengeluh
terus. Mungkin itu adalah cobaanmu. Cobalah untuk menikmati rawa ini.” Nasihat rumput
liar di tepi rawa yang hidup dengan Talita, panggil saja namanya Ruliar.
“huh.. aku kira aku mau hidup sama kamu.
Udah tinggal dirawa, hidup sama Rumput liar yang bau, jelek, kotor. Aku ngga
pernah mau ya punya hidup begini.” Kata Talita marah.
“Yasudah, kalo tidak mau, mau diapain
lagi? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmati sisa sisa hidupmu di sini.”
Kata Ruliar.
“SUdahlah bawel kamu. Kamu tidak level
ngomong sama aku. Aku ini cantik, berguna , sering dijadikan pajangan, wangi,
pokoknya plus plus deh. Sedangkan kamu apa? Kamu hidup tidak berguna, bau,
jelek, tidak punya bunga, dan tidak pantas dijadikan pajangan.” Kata Talita
mengolok-olok Ruliar.
“iya, aku memang seperti yang kamu
bicarakan, tapi aku masih pandai bersyukur atas apa yang telah Allah kasih ke
aku. Tidak seperti kamu!” kata RUliar membalas.
“O aza ya. Kamu tuh palingan dijadikan
pakan sapi doing. Hahaha. Di rawa ni aku yangpaling cantik” Kata Talita bangga.
“iya, kamu cantik, tapi kamu sombong.
Setidaknya aku masih bisa berguna” Kata Ruliar.
Selain mengeluh, setiap hari Talita
juga mengolok-olok Ruliar, si rumput liar. Namun, rumput liar hanya bisa sabar.
Sampai pada suatu hari, datanglah anak lelaki dan temannya ke rawa itu.
“Aduh, bagaimana nih! Apa yang harus
kita lakukan untuk Lomba Biologi nanti?” Kata Dino.
“iya, aku tidak tau. Bagaimana kita
buat kultur jaringan tumbuhan?” Kata Romi.
“yaya, bagus juga. Tapi, nge-kultur
apaan?” Kata Dino.
“tumbuhan.” Kata ROmi.
“iya apaan?” tanya Dino.
Berpikirlah mereka berdua..
“Aduh aku dong aku. Biar aku bisa
bebas dari rawa ini.” Kata Talita dalam hati.
Talita pun membaguskan diri agar
dipilih oleh Dino dan ROmi.
“Gimana kalo bunga tulip itu tuh?”
tunjuk Romi.
"ehmm.. nggak nggak. Terlalu bagus
itu. Rumput itu aja deh” kata Dino sambil menunjuk Ruliar.
“apa ? aku?” kata Ruliar dalam hati.
“yaudah deh itu aja.” Kata Romi.
“yaudah kita cabut pelan-pelan ya.”
Kata Dino.
“yaudah yukk.” Ajak Romi.
Akhirnya, Ruliar pun dicabut dan
dibawa di dalam botol untuk dijadikan bahan percobaan untuk lomba biologi Dino
dan Romi.
“apaa?! Tidak jangan diaa.. dia kan
jelek. Udah aku ajaa.. hey tunggu kalian” teriak Talita, tapi sayangnya mereka
sudah jauh berjalan sehingga tidak mendengar.
Hari demi hari berlalu, tibalah saat
lomba itu. Dengan percaya diri, Dino dan Romi membawa hasil kultur jaringan
mereka yang 100% berhasil.
“pemenangnya adalaah…..” kata Juri
saat membacakan pengumuman pemenang lomba.
“Dino ananda saputra dan Romi
aldiansyah dengan hasilnya kultur jaringan rumput liar!!” Kata Juri semangat.
“yeaaaaa. Kita menang!!” kata Romi dan
Dino yang maju ke atas panggung dan membawa hasil karya mereka.
“Selamat yaa” kata juri tersebut
sambil memberikan hadiah uang tunai 50 juta rupiah dan peralatan laboratorium.
Dan akhirnya..
“ini udah selesai, rumputnya dibuang
aja?” Kata Romi
“jangaan! Kita tanam aja ya di rumah
kaca kita” kata Dino tersenyum puas.
“hai rumput liar kecil. Mulai sekarang
kami akan merawatmu” kata Romi sambil tertawa.
Akhirnya, Ruliar yang sabar
mendapatkan hidup yang enak. Sementara Tulip yang mengeluh terus, mungkin dia
masih di rawa dan dipersunting oleh lebah-lebah rawa. Hehehe..
Selesai.
By : Annisaa’ Fitri Nurfirdausi