Monday 25 November 2013

Mengulas perbedaan Akikah dan Sesaji

Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan kedua  kata di atas, Akikah dan Sesaji. Akikah itu loh syukuraan setelah anak bayi lahir, yang identik dengan kambing. Yap! bener banget. lebih jelasnya Akikah adalah tanda syukur orang tua bagi kelahiran anaknya (pengertian versi aku sendiri).untuk laki-laaki itu 2 kambing, kalo perempuan 1 kambing.  Itu singkatnya tentang akikah.

Terus? kalo sesaji? itu merupakan kepercayaan orang-orang tertentu dan yang pasti tidak sesuai dengan ajaran islam dan bisa dibilang itu musyrik kalo ke selain Allah SWT. 

Jadi, bisa disimpulkan ya kawan, Kalo Akikah itu Jelas TIDAK SAMA dengan upacara-upacara sesaji tersebut. 

Untuk masuk akal atau tidaknya, akikah itu lebih masuk akal daripada upacara-upacara sesaji. Jadi begini, Akikah itu kan tanda syukur atas kelahiran anaknya dengan menyembelih kambing lalu disedekahkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Sedangkan upacara sesaji itu? tujuannya kan untuk roh-roh mungkin, jadi sama saja membuanag - buang makanan. 

Nah, untuk persamaan dan perbedaannya pasti ada. Persamaannya, mereka menyembelih hewannya dengan cara yang sama. Namun, perbedaannya pun jelas ada. Akikah niat karena Allah SWT, untuk mendekatkan diri kepadanya, serta menciptakan kepedulian antar masyarakat. Sedangkan upacara sesaji, bukan niat karena Allah SWT. 


Continue reading Mengulas perbedaan Akikah dan Sesaji

Wednesday 20 November 2013

Kisah si Tulip dan si Rumput Liar

Hai!! ada cerita baru nih. Tema pun baru. silahkan dibaca! :) 

---- Kisah si Tulip dan Si Rumput Liar ----
Di sebuah ekosistem tepi rawa sebuah desa, Ada bunga Tulip yang baru ditanam.

“aduh! Kenapaa aku ditanam di sini? Ini kan rawa! Nggak level sama aku. Hufft” keluh si Tulip, panggil saja Talita.

Talita adalah bunga tulip yang dibuang oleh pemiliknya karena pemiliknya sudah mempunyai tanaman yang baru. Hari-hari Talita selalu dihiasi dengan keluhan dan keluhan. Sampai pada suatu hari..

“Sudahlah Talita, jangan mengeluh terus. Mungkin itu adalah cobaanmu. Cobalah untuk menikmati rawa ini.” Nasihat rumput liar di tepi rawa yang hidup dengan Talita, panggil saja namanya Ruliar.

“huh.. aku kira aku mau hidup sama kamu. Udah tinggal dirawa, hidup sama Rumput liar yang bau, jelek, kotor. Aku ngga pernah mau ya punya hidup begini.” Kata Talita marah.

“Yasudah, kalo tidak mau, mau diapain lagi? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmati sisa sisa hidupmu di sini.” Kata Ruliar.

“SUdahlah bawel kamu. Kamu tidak level ngomong sama aku. Aku ini cantik, berguna , sering dijadikan pajangan, wangi, pokoknya plus plus deh. Sedangkan kamu apa? Kamu hidup tidak berguna, bau, jelek, tidak punya bunga, dan tidak pantas dijadikan pajangan.” Kata Talita mengolok-olok Ruliar.

“iya, aku memang seperti yang kamu bicarakan, tapi aku masih pandai bersyukur atas apa yang telah Allah kasih ke aku. Tidak seperti kamu!” kata RUliar membalas.

“O aza ya. Kamu tuh palingan dijadikan pakan sapi doing. Hahaha. Di rawa ni aku yangpaling cantik” Kata Talita bangga.

“iya, kamu cantik, tapi kamu sombong. Setidaknya aku masih bisa berguna” Kata Ruliar.
Selain mengeluh, setiap hari Talita juga mengolok-olok Ruliar, si rumput liar. Namun, rumput liar hanya bisa sabar. Sampai pada suatu hari, datanglah anak lelaki dan temannya ke rawa itu.

“Aduh, bagaimana nih! Apa yang harus kita lakukan untuk Lomba Biologi nanti?” Kata Dino.

“iya, aku tidak tau. Bagaimana kita buat kultur jaringan tumbuhan?” Kata Romi.

“yaya, bagus juga. Tapi, nge-kultur apaan?” Kata Dino.

“tumbuhan.” Kata ROmi.

“iya apaan?” tanya Dino.
Berpikirlah mereka berdua..

“Aduh aku dong aku. Biar aku bisa bebas dari rawa ini.” Kata Talita dalam hati.
Talita pun membaguskan diri agar dipilih oleh Dino dan ROmi.

“Gimana kalo bunga tulip itu tuh?” tunjuk Romi.

"ehmm.. nggak nggak. Terlalu bagus itu. Rumput itu aja deh” kata Dino sambil menunjuk Ruliar.

“apa ? aku?” kata Ruliar dalam hati.

“yaudah deh itu aja.” Kata Romi.

“yaudah kita cabut pelan-pelan ya.” Kata Dino.

“yaudah yukk.” Ajak Romi.

Akhirnya, Ruliar pun dicabut dan dibawa di dalam botol untuk dijadikan bahan percobaan untuk lomba biologi Dino dan Romi.

“apaa?! Tidak jangan diaa.. dia kan jelek. Udah aku ajaa.. hey tunggu kalian” teriak Talita, tapi sayangnya mereka sudah jauh berjalan sehingga tidak mendengar.

Hari demi hari berlalu, tibalah saat lomba itu. Dengan percaya diri, Dino dan Romi membawa hasil kultur jaringan mereka yang 100% berhasil.

“pemenangnya adalaah…..” kata Juri saat membacakan pengumuman pemenang lomba.

“Dino ananda saputra dan Romi aldiansyah dengan hasilnya kultur jaringan rumput liar!!” Kata Juri semangat.

“yeaaaaa. Kita menang!!” kata Romi dan Dino yang maju ke atas panggung dan membawa hasil karya mereka.

“Selamat yaa” kata juri tersebut sambil memberikan hadiah uang tunai 50 juta rupiah dan peralatan laboratorium.

Dan akhirnya..

“ini udah selesai, rumputnya dibuang aja?” Kata Romi

“jangaan! Kita tanam aja ya di rumah kaca kita” kata Dino tersenyum puas.

“hai rumput liar kecil. Mulai sekarang kami akan merawatmu” kata Romi sambil tertawa.

Akhirnya, Ruliar yang sabar mendapatkan hidup yang enak. Sementara Tulip yang mengeluh terus, mungkin dia masih di rawa dan dipersunting oleh lebah-lebah rawa. Hehehe..

Selesai.


By : Annisaa’ Fitri Nurfirdausi
Continue reading Kisah si Tulip dan si Rumput Liar